Bekisting dan Perancah

Ditulis Oleh Unknown Selasa, 23 April 2013 1 Comment

          Bekisting dan perancah merupakan sebuah struktur sementara yang pasti akan digunakan dalam suatu proyek konstruksi baik dalam skala kecil maupun skala besar. Bekising merupakan suatu cetakan sementara yang dipakai untuk menahan beton segar selama dituang dan bekisting dibentuk sesuai dengan kebutuhan sedangkan perancah merupakan struktur sementara yang dipakai untuk menahan beban dari material konstruksi dan manusia (dalam hal ini pekerja).
          Sebelum beton yang dikerjakan selesai dan masih dalam tahap pengecoran, bekisting dan perancah memiliki peranan yang sangat penting. Apabila terdapat kesaalahan dalam pemasangan bekisting dan perancah maka konstruksi sementara dari bekisting dan perancah dapat runtuh. Hal ini akan mengakibatkan kerugian baik secara material, modal, waktu bahkan nyawa.

Beberapa faktor penyebab konstruksi sementara dari bekisting dan perancah runtuh:
  1. Kurangnya kestabilan dari konstruksi bekisting dan perancah.
  2. Kemiringan dari dari konstruksi bekisting dan perancah.
  3. Muatan atau beban yang ditahan konstruksi bekisting dan perancah berlebih.
  4. Tumpuan konstruksi bekisting dan perancah tidak kuat.
  5. Keahlian pekerja dalam memasang konstruksi bekisting dan perancah.
  6. Kualitas material yang kurang.
  7. Gangguan secara langsung, seperti: tumbukan, hentakan ataupun getaran.

Beberapa syarat untuk konstruksi sementara dari bekisting dan perancah:
  1. Struktur harus kuat untuk menahan beban material dan pekerja.
  2. Struktur harus kokoh / stabil.
  3. Struktur harus rapat untuk mencegah keluarnya air semen pada saat pengecoran.
  4. Struktur harus mudah untuk dibongkar tanpa harus mengakibatkan kerusakan pada beton ataupun bahan bekisting dan perancah.
  5. Struktur harus ekonomis.
  6. Struktur harus bersih.
  7. Struktur harus memberikan keamanan bagi pekerja.

Metode Bekisting dan Perancah:
  1. Konvensional / Tradisional, merupakan metode dimana bahan yang digunakan masih menggunakan material lokal (seperti: kayu, bambu, papan, dll). Untuk metode ini bahan yang dipakai akan banyak yang terbuang, membutuhkan waktu yang lama dalam pemasangan  pekerja yang banyak dalam pemasangan serta pemakaian berulang yang  sangat terbatas.
  2. Semi-System, merupakan metode dimana bahan yang digunakan merupakan campuran dari material lokal dan bahan buatan pabrik. Metode ini sedikit lebih baik daripada metode konvensional. Metode ini sudah bisa dipakai untuk penggunaan yang berulang dan terus menerus walaupun masih terbatas tergantung dari kualitas material lokal yang dipakai.
  3. Full-System, merupakan metode dimana bahan yang digunakan sudah merupakan  bahan hasil buatan pabrik. Metode ini akan menjamin keamanaan yang telah diperhitungkan oleh produsen pembuat dan material bisa dipakai secara terus menerus. Biaya pembuatan yang relatif mahal harus diperhitungkan dalam pemilihan metode ini agar biaya proyek tidak terfokus hanya kepada bekisting dan perancah.



Terima Kasih Telah Membaca Artikel Dunia Teknik Sipil

1 Comment:

edisitukang mengatakan...

Terima kasih untuk infonya yang sangat membantu.
Maaf kalau boleh tanya, saya dengar scaffolding di tiap negara ada ciri khas masing-masing, seperti contohnya di Jepang saya dengar ada scaffolding BI-KE (http://www.daisan-g.co.jp/blog/?id=164) yang dipakai di sana. Apakah fungsinya berbeda dengan yang di Indonesia?
Terima kasih sebelumnya.

Posting Komentar

Copyright of Dunia Teknik Sipil | 2014